Istana Sambas yang ada sekarang,
dibangun oleh Sultan Muhammad Mulia Ibrahim tahun 1933, ditempati 6 juli 1935.
Biaya pembangunan Istana sambas sebesar 65. Golden, dari bantuan kredit Sultan
Kutai.Pembangunan dilaksanakan pemborong Tjin Nyuk dari Pontianak.Dengan luas
bangunan berukuran panjang 9,50 meter dan berukuran lebar 8,05 meter.
Ditepian Muara Ulakan simpang tiga
pertemuanSungai Sambas kecil, Sungai Subah, Sungai Teberau, sekarang di Desa
Dalam Kaum, Kecamatan sambas sejak dahulu telahberdiri Istana Kesultanan Sambas
(1632) didirikan oleh Raden Bima gelar Sultan Muhammad Tajuddin, Sultan Sambas
ke-2. Dipinggir sungai, terdapat sebuah tangga jembatan biasa disebut dengan
seteher, tempat singgahan sampan atau perahu dan kendaraan air yang banyak di
sungai Sambas.
Naik ke daratan di pinggir sungai, terdapat
jalan masuk ke halaman Istana. Sebelum masuk kita akan melalui sebuah gerbang
pintu masuk ke halaman Istana yang dinamakan gerbang Segi Delapan. Pintu masuk
gerbang bersegi delapan yang jauhnya dari pinggir sungai lebih kurang 30 meter.
Gerbang bersegi delapan bertingkat dua itu dahulu digunakan untuk :
Bagian bawah tempat penjaga dan
tempat istirahat rakyat yang berkunjung ke istana sebelum memasuku
halaman istana.Bagian atas untuk tmpat mengatur penjagaan dan apabila ada
keramaian dipergunakan untuk menabuh gamelan dan alat-alat kesenian. Arti dari
segi delapan adalah delapan penjuru mata angin, dan sebagai mengenang jasa
pendiri keraton yang ada sekarang adalah Sultan, Sultan Muhammad Syafiuddin II.
Atap bangunan segiempat sebagai simbul bagi Sultan mengikuti sifat Rasullulah
yakni : Siddiq (benar), Amanah (keprcayaan), Tabligh (menyampaikan) dan
Pathonah (sempurna). Setelahmelalui pintu grbang pertama, ditemukan sebuah
tiang bendera di tengah halaman, untuk menaikan bendera kesultanan yang berwarna
kuning emas setiap hari besar pada zaman dulu.
Tiang yang bertopang empat yang
berarti Sultan diabntu oleh empat orang pembantu yang disebut wazir. Dibawah
tiang bendera terdapat 3 buah meriam kuno hadiah dari tentara Inggris tahun
1813 menghargai kepahlawanan putera Pangeran Anom melawan inggris. Salah satu
disebut Si Gantar Alam. Disisnilah seorang pejuang bernama Thabrani Akhmad
telah gugur ditembus peluru penjajah Belanda karena membela mempertahankan
bendera merah putih.
Dan diabadikan dengan monumen baru ”
Di tempat ini tanggal 27 Oktober 1945 telah gugur seorang pejuang kemerdekaan
disaat akanmengibarkan bendera merah putih”. Disamping kiri masuk, tidak jauh
dari tiang bendera terdapat pohon kayu putih, untuk mengenang peristiwa selesai
perang Sungkung pada tahun 1883. Ditanam atas perintah sultan dan Pangima Daud
dan Panglima Bakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar