Kamis, 12 Desember 2013

ADAT DAN KEBIASAAN MASYRAKAT SAMBAS


  Pelestarian adat dan budaya sambas,saya  mencoba untuk menyusun tentang HIRNAT  WINTI  ( Lahir – Besunat – Kawin – Mati ), yang diambil dari beberapa sumber baik dari buku-buku, maupun dari cerite nek Aki yang disampaikan dari mulut kemulut serta dari tokoh masyarakat yang ada di daerah Kabupaten Sambas.
1.      LAHIR
      a. Tuang Minyak
            Sebelum kelahiran anak, biasanya pada kehamilan tujuh bulan diadakan tuang minyak. Dimana bidan kampung yang dipesan menyiapkan beberapa alat perlengkapan maupun makanan yang diperlukan yaitu makanan khusus dalam adat ini, kebanyakan mengandung yang masam-masam dan pedas-pedas.
          
            Perempuan hamil diperiksa dan diurut, khusus dibagian perut dengan menggunakan minyak urut yang bahannya terbuat dari minyak kelapa diberi bawang merah yang sudah diremas-remas. Pengurutan ini bermaksud agar memudahkan dalam persalinan.
            Setelah selesai diurut kedua suami istri makan bersama dengan lauk pauk yang  pedas-pedas dan asam-asaman ( kesukaan orang ngidam ). Kemudian dibacakan do’a selamat semoga anak yang lahir dengan mudah, dan selalu dalam naungan Allah SWT.
      b. Tepung Tawar
            Setelah anak lahir pada usia seminggu, sembilan hari atau sebelas hari akan diadakan tepung tawar yang sekaligus mengadakan Aqikah ( bagi yang mampu ).Tepung tawar yang dimaksud adalah tepung beras, dicampur air tawar yang sudah dibacakan do’a Tulak Bala, daun mentibar dan daun enjuang diikat dengan daun ribu-ribu, sebagai alat pemapas.
            Anak, ibu dan bidan kampung dipapas semua, kemudian empat sudut rumah sebagai papas terakhir  seterusnya alat pemapas dilemparkan jauh dari halaman rumah, maksudnya agar segala bala dapat dihindarkan. Kemudian pembacaan do’a selamat dan do’a tulak bala oleh Amil atau Pak Lebai.
2.      BESUNAT
    Adapun adat besunat dikabupaten Sambas  adalah :
a. Untuk anak Laki-laki
Sebelum besunat biasanya disuruh berendam dalam air, baik di dalam kolam maupun didalam sungai sampai beberapa jam sambil membawa dua biji buah kelapa sebagai pelampung ( agar yang tak bisa berenang tidak tenggelam )
Setelah itu baru disunat satu persatu, setelah disunat lalu masing-masing mengambil tempat untuk istirahat sambil mengenakan alat ( sengkang ) yang dipakai pada kedua lutut agar tidak terkena kain  ( kulub yang dipotong ). Setelah selesai dibacakan do’a selamat oleh Amil atau pak lebai, kemudian makan bersama yang hadir dalam acara tersebut.
b. Untuk anak Perempuan ( Biasanya waktu masih balita )
            Sebelum acara besunat untuk perempuan, biasanya disiapkan dulu perlengkapan-perlengkapannya, dintaranya cermin dan dulangan ( terdiri dari beras secupak, kelapa separo/ sepiak diikat dengan benang sumbu, diisi dengan gula,  beras sampai rata, lilin dihunjamkan kedalam beras, kemudian diberi api atau dinyalakan.
            Anak tersebut disuruh bercermin, didudukkan diatas tempat duduk yang sudah disiapkan, waktu itulah bidan kampung/tukang sunat mulai bereaksi, tanpa disadari oleh anak itu. Karena yang dibuang hanya sedikit, selesailah sudah besunat, kemudian orang tua anak tadi membayar tampas dengan seekor ayam, uang sekedarnya dan paku dan benang  Seterusnya dibacakan do’a selamat kemudian acara makan bersama
      Hikmah Disyari'atkan Khitan ( Besunat )
Dari Abu Hurairah -Semoga Allah meridhainya- Rasulullah bersabda:
(( الفطرة خمس -أو خمسة من الفطرة: الختان، والاستحداد، وتنف الإبط، وتقليم الأظفار، وقص الشارب )) الخباري في صحيح، 5889
Artinya: Fithrah manusia itu ada lima, yaitu khitan / Besunat , mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis (HR. Bukhari, 5889).
Makna fitrah pada asalnya adalah tabiat yang semula sudah ada, dan yang dimaksud dengan hadits tersebut di atas adalah, "Jika 5 hal di atas dilakukan maka pelakunya disifati dengan fithrah sebagaimana Allah tetapkan demikian untuk para hambanya, dan juga Allah memotivasi hamba-Nya untuk melakukan, mencintai hal yang demikian, sehingga hamba tersebut memiliki sifat yang paling sempurna lagi mulia. Dalam sejumlah sifat yang lain disebutkan, "Lima hal yang teramsuk sunnah/kebiasaan".
Dan khitan / Besunat  maknanya adalah memotong, yaitu memotong kulub (kulit yang berlebih yang ada pada dzakar bagian depan. Adapun istihdad, adalah menggunakan alat potong untuk menghilangkan rambut yang ada di atas dan sekitar kemaluan laki-laki. Demikian juga rambut yang ada di sekitar kemaluan perempuan.
Sebuah majalah medis terkenal di Inggris, BMG, pernah menurunkan makalah tentang kanker kelamin dan penyebab-penyebabnya pada tahun 1986. Diantara keterangannya adalah, "Sesungguhnya kanker kelamin sangat kecil sekali terjadi di kalangan yahudi dan negeri-negeri muslim, sebab mereka ini melakukan khitan semenjak usia anak-anak. Dan data statistik medis menunjukkan bahwa kanker kemaluan yang terjadi pada kalangan yahudi tidak terjadi kecuali hanya terhadap 9 penderita saja dalam setahun."
Proses terjadinya kanker kelamin adalah ketika kemaluan tidak dikhitan, maka kulub yang ada di bagian depan kemaluan tersebut selalu menyisakan air kencing yang keluar. Air kencing tersebut membawa endapan-endapan yang dalam waktu yang lama akan menutupi bagian saluran air kencing sehingga menyebabkan dis-fungsi. Maka dengan dikhitannya kulub ini, kemungkinan mengendapnya sisa-sisa air kencing tidak ada lagi karena selalu dibersihkan setiap kali kencing. Sisa-sisa endapan air kencing inilah yang berdasarkan penelitian merupakan sebab utama terjadinya kanker kelamin.
Majalah "Al-Ma'had Al-Wathaniy lii Al-Sarthan" menurunkan berita tentang hasil penelitian yang menegaskan bahwa kanker kelamin bisa berpindah ketika berhubungan seks. Dan dengan hubungan seks dengan banyak pasangan bebas juga akan menyebabkan terjadinya kanker ini. Dalam dalam laporan buletin sebuah akademi untuk penyakit-penyakit anak-anak disebutkan bahwa sesungguhnya khitan / besunat  adalah cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kanker kelamin.
Sebuah majalah Amerika untuk penyakit anak-anak juga menegaskan bahwa aktivitas-aktivitas agama yang dianut kalangan muslimin (Islam) dan yahudi yang menegaskan mensyari'atkan khitan memiliki dampak yang sangat mendasar dalam memotivasi mereka untuk melaksanakan fithrah ini (khitan)". Dan dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu' bahwa Nabi Ibrahim --Alaihis Salam-- melakukan khitan ketika ia memasuki usia 80 tahun.
Sumber: Al-Arbaun Al-Ilmiyah" Abdul hamid Mahmud Thahmaz, Daar Al-Qalam
Penerjemah: Abu Muhammad ibn Shadiq
( Selasa, 02 Desember 2003M / 08 Syawal 1424 H
3.      KAWIN
Adapun rentetan adat perkawinan di Kabupaten Sambas diantaranya adalah  sebagai berikut :

    Antar cikram

Cikram adalah tanda ikatan pertunangan antara dua insan, dalam acara cikraman ini dari pihak laki-laki mengutus orang-orang yang dipercaya untuk datang ke pihak perempuan. Biasanya dalam acara tersebut dari pihak laki-laki terlebih dahulu diberi kesempatan untuk memberikan kata sambutan, dengan untaian beberapa buah pantun diantaranya adalah :
Pinang kote mari dijulukkan
Lalu ditaruh didalam talam
Sebelum kate saye ucapkan
Lebih dahulu terimalah salam  ……..
” Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh “
Kembang selasih didalam cawan
Batang padi didalam jerame’
Terima kasih pade pihak perempuan
Karena sudi menerima kame’
Bukan batang sembarang batang
Batang nurjat rasenye paik
Bukanlah datang sembarang datang
Datang berhajat bermaksud baik
Urang utan jalan di udas
Lintas jirame’ jalannya merangka’
Kalaulah hutan belum dirattas
Ijinkan kame’ akan membuka’
Datok laksamana mati ditikam
Mati ditikam diatas bukit
Maka inilah barang-barang cikram
Barang cikraman serba sedikit
( Biasanya barang cikraman berupa : sirih, pinang, kapur, gambir,bunga rampai ( daun pandan diiris halus halus, bunga kenanga ) dan tembakau dalam satu ceper atau talam, sehelai kain, selendang, sabun dan pupur sebagai pengiring )
Padi seguni didalam rakit
Mari dibawa diwaktu pagi
Walaupun ini hanya sedikit
Mohon terima tandakan sudi
Datok panglime mati ditikam
Mati ditikan dimedan perang
Itte’ yang pertame mengantar cikram
Lakka’ iye bareklah mengantar barang
Burung ape’ terbang ke jirame’
Lalu inggap di pohon selaseh
Sampai disite’ penyampaian kame’
Salam terucap dan terima kaseh
Kalau ade sumur diladang
Boleh jua menumpang mande’
Kalau ade umur yang panjang
Boleh kite berjumpe age’
Kalau ade tumpukan sampah
Marilah bakar diapi unggun
Kalau ade kate tersalah
Mohon maaf mohonlah ampun
Inilah beberapa buah pantun yang diberikan dalam kata sambutan dari pihak laki-laki, kemudian diterima oleh yang mewakili pihak perempuan.
            Burung dare mande’ dikolam
Anak ramak berenang dikali
Bapak dan saudare membawa salam
Kame menerima dengan senang hati
Membawa garam kedalam rakit
Ae’ sasi didalam gallas
Biarpun barang serba sedikit
Kame’ menerima dengan ikhlas
Anak ayam bulunye merah
Ikan gelamak dikarrat-karrat
Barang cikram nang udah disarrah
Kame terima dunie akhirat
Anak karrak dipohon rukkuk
Makan keladi dipungkak abe’
Usah nak jarrak kittak ke sitte’
Kalaulah sudi datanglah agek

    Antar pinang

Setelah cikram ada lagi kelanjutan yang harus dilaksanakan yaitu antar pinang biasa juga disebut antar barang.
Adapun yang diantar pada waktu ini adalah :
Ø  Seceper sirih dan pinang ( maknanya melambangkan kasih sayang utuh dan tidak boleh dipisahkan satu sama lain, ibarat air dengan ikan atau ibarat aur dengan tebing )
Daun sirih dilipat dua, dan dicari daun sirih yang bertemu urat. Buah pinang diukir dengan rapi, ada pinang yang muda dan ada pula yang tua bewarna kuning kemerahan. Buah pinang yang sudah tua akan dibelah dua dan dipasang tertelungkup, yang bermakna bahwa itu adalah pinang pihak lelaki
Ø  Seceper bunga yang berwarna warni ( maknanya melambangkan keharmonisan dalam rumah tangga antara suami dan istri serta keharmonisan antara seluruh keluarga kedua belah pihak hidup rukun damai, aman dan tenteram )
Bermacam ragam bunga-bungaan , daun pandan wangi diiris halus. Kemudian ditutup dengan saputangan renda.
Ø  Sebuah bintang/ bejana berisi bahan kueh mueh / makanan ( maknanya kedua calon mempelai nantinya harus mempunyai modal yang cukup dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, modal tersebut adalah modal agama , modal budi pekerti, dan modal semangat yang teguh, untuk masa depan yang cemerlang dan barokah )
Ø  Seperangkat perlengkapan sarana petiduran
Ø  Seperangkat perlengkapan pakaian wanita untuk sang istri ( Barang-barang kelontong seperti handuk mandi, sabun mandi, sikat gigi, celana dalam, kutang/BH, alat make up, sandal dll )
Ø  Seperangkat alat sholat
Ø  Segala perhiasan berupa emas, gelang emas, kalung emas, cincin emas, dan anting-anting emas
Ø  Mahar atau mas kawin
Ø  Sejumlah uang hangus atau uang bantuan serba guna untuk biaya pesta perkawinan.
      Barang tersebut akan diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan secara resmi dihadapan semua yang hadir. Acara penyerahan tersebut biasanya dipimpin oleh pemandu acara secara tertib.
      Sebelum acara usai maka diadakan pembacaan do’a selamat dan dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah makan bersama selesai, maka pihal laki-laki dan rombongan akan pamit meninggalkan ruangan.
      Kemudian dari pihak perempuan memberikan balasan yang berupa kue/ makanan, seperangkat alat sholat untuk laki-laki yang berupa kain sarung, baju teluk belanga, songkok, sajadah, sebagai tanda sudah diterimanya barang-barang yang dibawa oleh mereka sebagai utusan untuk diberikan kepada orang tua laki-laki, dan kue/makanan  tersebut dimakan bersama-sama dengan rasa gembira.
       Rombongan laki-laki diantar sampai ambang pintu oleh pihak perempuan sembari menyampaikan selamat jalan. Dan selamat bertemu kembali pada hari yang telah ditetapkan.

    Pelaksanaan perkawinan

Sebelum acara pokok perkawinan tuan rumah mengundang masyarakat sekitar untuk pepadu nyarre’, untuk membentuk seksi-seksi dalam pelaksanaan hari besarnya ( raja sehari ) diantaranya adalah berapa saprah yang akan disarrek atau diundang , pinjam meminjam barang pecah belah , petadang ( tukang bemasak ), emper-emper ( tempat sajian makanan ), kuli ae’ ( mengambil air minun dan masak ), pembuatan tarup, penyambut tamu di tarup dll
Selesai bermusyawarah dihidangkan makanan ala kadarnya seperti nasi lemak, roti, air kopi / susu / teh.
Pada hari besar, pagi-pagi musik tanjidor sudang datang untuk membawakan lagu-lagunya, menambah semarak acara pesta. Bila tamu-tamu sudah berdatangan protocol menyambut dengan ucapan salam, selamat datang para undangan , terima kasih kami ucapkan kehadiran bapak, ibu hadirin sekalian, semoga selamat walimah yang kita adakan
Bila waktu sudah agak siang, tamu sudah banyak yang datang acara dilanjutkan dengan kata sambutan oleh penyelenggara yang sudah ditentukan. Wakil dari undangan juga diberi peluang untuk memberikan kata sambutan untuk mendo’akan kedua mempelai dan tuan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan zikir nazam, baca rawi dan al-barzanji kemudian diakhiri dengan do’a
Acara selanjutnya arak pengantin, sementara para undangan menunggu hidangan yang akan dihidangkan. Pengantin perempuan duduk dahulu dan penganti laki-laki memegang tengkuk istri dengan jari manis menandakan syahlah akad nikah yang dibacakan penghulu, barulah duduk bersanding yang disebut  “ duduk tembangan “. Bacaan do’a selamat pengantin dibacakan.
Dilanjutkan dengan menghembus dua batang lilin bersamaan oleh kedua mempelai, disambut tepuk sorai para hadirin. Musik tanjidor diminta mengalunkan lagu pilihan kenangan masa lalu atau yang popular sekarang menambah meriah pesta yang diadakan, sementara para undangan menyantap hidangan yang sudah tersedia.
Setelah tamu undangan pulang, acara dilanjutkan dengan “ makan mufakatan “ Si istri melayani suami menyedok nasi, memberi lauk-pauknya begitu juga sebaliknya. Mereka saling menyuapi satu sama lain, kemudian kedua mempelai istirahat terpisah sesuai arahan makm inang dan pengawal.
Selesai sudah hari yang dibesarkan, seksi-seksi yang dibentuk bekerja kembali untuk memulangkan barang-barang yang dipinjam dan mengemaskan barang-barang yang dipakai dalam pelaksanaan walimah tadi.

    Pulang memulangkan

Ini biasanya dilakukan :
Ø  Sebelum hari besar ( malam hari besar )
Ø  Sesudah hari besar
Walaupun demikian  acara pulang memulangkan ini sama saja. Yang hadir wakil dari pihak laki-laki dan wakil dari pihak perempuan  untuk serah menyerahkan kedua mempelai. Dengan tata cara sebagai berikut :
1.      Pembukaan oleh protokol ( pembawa acara )
2.      Penyerahan dari muhakkam laki-laki, oleh salah satu wakil dari pihak laki-laki
Ø  Pertama  kami serahkan kepada istrinya yang bernama ………. Binti …….
a.       tubuh jasmaninya
b.      harta bendanya
c.       tingkah lakunya
d.      makan minumnya
e.       tidur bangunnya
f.       sehat sakitnya
g.      dan hidup matinya
Ø  Kedua kami pulangkan anak kami kepada :
a.       Ibu Bapak mertuanya
b.      Ahli warisnya
c.       Sanak keluarga, kerabat, handai tolan
ü  Kami pulangkan tentang pendidikannya
ü  Pergaulannya
ü  Serta pengawasannya
Mohon kepada anak kami yang masih belum berpengalaman ini diberikan bimbingan dan binaan serta tunjuk ajar yang membawa manfaat bagi anak kami tersebut dalam mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga.
Ø  Selanjutnya kami pindahkan anak kami dari  desa/dusun ………………….
a.       Kami mengharapkan kepada pimpinan desa/dusun dan seluruh masyarakat dapat kiranya menerima keberadaan anak kami ini dan mengikut sertakan dalam setiap kegiatan dalam desa/dusun
b.      Kepada para tokoh agama supaya dapat memberi nasehat membina dan mendidik anak kami ini dalam kehidupan beragama
Ø  Sebelum kami akhiri, ada tiga buah pantun untuk anak kami :
Biji lempuyang didalam goni
Mari simpan kesuatu tempat
Kalau saying kepade bini
Ape yang di inginkan tentunya dapat.
                        Batang ingkaik melilik rawe
Tempat ingkake menyobek ikan
Kalau baik dengan mertue
Tanah pusake dapat bagian
                        Kalau ingin naik pelampung
                        Pakai celane berbaju sutra
                        Kalau baik dengan urang sekampung
                        Kemane-mane urangpun suka
       
3.      Penyerahan dari pihak perempuan
Biasanya untuk menyingkat waktu, dari pihak muhakkam perempuan berkata Kemilik gantung di langan, bagaimana dire’ gayye jua’ taman
4.      Sujud salam
-          pengantin  laki-laki kepada ibu dan bapak kandung, kemudian kepada kedua  mertuanya.
-          Pengantin  perempuan sujud kepada suaminya, kedua orang tua kandung, kedua orang mertuanya dilamjutkan kepada sanak keluarga dan hadirin yang ada dalam majlis tersebut.
5.      Do’a
6.      Makan saprahan bersama

    Buang-buang

Rentetan dari perkawinan dilanjutkan lagi dengan mandi buang-buang. Ini dilaksanakan oleh dukun kampung yang diminta oleh tuan rumah. Selanjutnya dukun minta disiapkan bahan –bahan keperluan untuk acara tersebut diantaranya air tulak bala, lilin dua batang, telur ayam sebiji, kelapa setampang ( separo ) diisi gula pasir, benang sumbu diikat pada kelapa, dan beras secupak, kesemuanya dimasukkan dalam “ Bintang “  namanya
Pengantin lelaki dan perempuan berpakaian mandi
Perempuan bertapih kemban dan kerudung
Pengantin laki pakai sarung yang di belatkan
Berdiri di pelataran depan rumah yang telah ditentukan
Sang dukun menyiram kedua mempelai sampai basah betul
Kemudian perlengkapan yang ada dalam bintang dengan dua lilin yang sedang menyala dikelilingkan sebanyak tujuh kali
Pada kelilingan ketujuh, harus dihembus serempak oleh kedua mempelai
Disaksikan oleh sanak keluarga lelaki dan perempuan
Kemudian masing-masing berganti pakaian , beristirahat ditempat yang telah ditentukan, disini sang dukun membakar meyan yang asapnya diusapkan pada kedua pengantin dengan mantera-matera untuk keselamatan kedua mempelai.
Adapun maksud buang-buang ini diadatkan sebagai peringatan bagi pengantin baru membersihkan diri, membuang kebiasaan yang tidak bermanfaat, terutama kebiasaan remaja yang suka berjalan.

    Balik tikar

Dua minggu kemudian setelah hari besar ada istilah balik tikar, tikar diranjang dibalikkan, begitu juga kasurnya, kelambu yang dihiasi dengan berbagai dekorasi dibuang dan kelambunya baru boleh di labuhkan.
Kemudian kedua mempelai pergi kerumah orang tua pengantin laki-laki, pengantin perempuan dikawal mak inangnya inilah yang disebut “ adat singgahan “

    Singgahan

Biasanya singgahan ini dilakukan dua hari dua malam, berada dirumah orang tua suami dan berkunjung kerumah-rumah keluarga terdekat. Selesai dua malam baru pulang kerumah orang tua isteri.
4.      MATI
            Dalam menghadapi sakratul maut biasanya si sakit  dbacakan “ Talqin “, Lailaha illallah berulang-ulang pada telinganya supaya didengar sisakit, dengan harapan sisakit dapat mengikuti . meninggalkan dunia yang baik menurut ajaran islam adalah yang pada akhir hayatnya mengucapkan kalimah Lailaha illallah.
            Kalau ada orang kampung meninggal dunia, ada petugas untuk memberitahukan warga kalau meninggal waktu malam banyak yang datang untuk berjaga serta membaca Al-Qur’an setelah subuh barulah mereka pulang.
            Penyelenggeraan mayat diurus waktu siang, bila sanak saudara sudah berdatangan barulah mayat dimandikan, kemudian dikapankan seterusnya disholatkan. Setiap pelaku fardhu kipayah diberi bungkusan berupa uang yang dibungkus dengan daun sirih, besarnya uang yang diberikan sesuai dengan kemampuan keluarga.
            Selesai jenazah disholatkan untuk menurunkan jenazah dari rumah dibacakan bersama-sama  Al-Fatihah sebanyak 3 kali, kemudian beramai-ramai mengantarkannya ketempat pemakaman, selama dalam perjalan membaca tasbih.
Sesampainya di pekuburan, liang lahat sudah disiapkan oleh petugas yang ditunjuk. Keranda dimasukkankeliang kubur perlahan-lahan, ditimbun dengan tanah bekas galian. Bila hamper selesai ditimbun tanah, diiringi dengan membaca Al-Qu’an dimulai dari surah al-Baqarah dan seterusnya, yang biasa membacakan ada lima orang ( setiap orang membaca setengah juz )
Jenazah sudah selesai disemayamkan, pulanglah rombongan kerumah keluarga almarhum untuk menyampaikan sesuatu hajat dari tuan rumah yaitu menyantap makanan apa adanya yang disediakan . selesai melayat dan makan, pelayat baru pulang diiringi pesan “ sampai hari ketujuh pelayat diharap datang habis sholat maghrib sebelum isya untuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan tahlilan. Ini lah yang debut “ Miare “. Kemudian dilanjutkan dengan peringatan ke 15 hari, 40 hari, 100 hari  dan khaul.
Adapun acara tahlilan dimulai dari :
v  Fudiah untuk nabi Muhammad SAW, para sahabat, khusus syeh Abdul qodir Jailani, ahli kubur dari orang-orang islam laki-laki dan perempuan, mu’min laki-laki dan perempuan khusus kepada kedua orang tua, para guru, ustadz dan tuan rumah.
v  Membaca surah Al-Ikhlas, Al Falaq, An-Nas
v  Kemudian surah Al-Fatihah lagi, dilanjutkan dengan Surah Al-Baqarah ayat 1 s/d 5, ayat 163, ayat 255, ayat 284- 286 surah Hud ayat 73,surah Al-ahzab ayat 33, ayat 56 surah Al-Imran ayat 173 surah Al-Anfal ayat 40 kemudian diteruskan dengan istghfar kemudian  membaca laa ilaha illallah sebanyak 165 kali dan ditutup dengan do’a tahlil.
Selesai membaca do’a  acara makan bersama / saprahan. Inilah adat istiadat yang biasa dilakukan dikabupaten Sambas. Semoga ada manfaatnya untuk kita semua, Amiin.
PETUAH-PETUAH LAGU
LAGU RENG-RENG BARE’ ( Permainan anak-anak maupun remaja )
Reng-reng barek
Sammut gatal lallai-lallai
Ingkareng makan taek
Tabakkan lom pek mallai
Sak siggum bau ballok
Masak sigge’ masak sumenye
Cara permainan :
Beberapa orang anak duduk bekajeng saling berhadap-hadapan
Lalu dinyanyikan lagu diatas
Setelah selesai menyanyikan, lalu kaki ditutup dengan kain
Sambil dipijit-pijit, lalu keluar dari mulut mereka …
Udah masaaak…
Lalu kain yang menutup kaki mereka dibuka semua
Mereka dengan bergantian menarik sepuluh jari kaki mereka
Kalau ada yang berbunyi  krup…. Naaah  dah masaaak
Dari permainan ini diutamakan  kebersamaan, kesetia kawanan, kerja sama, dan kesabaran menunggu giliran.
LAGU WAK-WAK AMPE’ ( Untuk menghibur anak yang masih balita )
Wak-wak ampe’
Ampe’ si mare tiung
Mak julak makan nase’
Lauknye kepala tiung
Yung mak iyung
Ambe’kan parang bade’
Te’ ape parang bade’
Te’ nabang aur
Te’ ape aur
Te’ nyuluk bullan
Te’ ape bullan
Te’ maingan sannong
Kretek … kretek ….kretek ….tuuuuummm
Cara pelaksanaan :
Biasanya dilakukan dalam waktu santai antara orang tua dan anak yang masih balita untuk menghibur anak / bersenda gurau baik diwaktu siang maupun malam hari. Sang ayah berbaring telentang, lutut diangkat, ditegakkan, betis dan paha dirapatkan.
Si anak diletakkan diatas kedua kaki, kedua tangannya di pegang agar tidak belabbik, lalu kaki si ayah diayunkan keats dan kebawah berulang-ulang, sejajar lutut sambil menyanyikan lagu diatas.
Kemudian  kalau sudah merase  kappa’ , si ayah menumbangkannye ke kere dan ke kanan sambil menirukan bunyi batang aur yang tumbang karena di tebang, kretek….kretek…kretek….tuuuummm. Sianakpun dibaringkan disamping si ayah yang sudah disiapkan sebuah bantal, biasanya anak langsung disuruh tidur.
JU JU BINYAK    (  Permainan anak-anak dan remaja )
Ju ju binyak
Binyak ju lana-lana
Patah pakku’ patah miding cari aku luar dinding
Pi’ kerapi’ situlang bawang
Sape kana’ apik menunggu lawang
Cara permainan :
Kalau tebakannya betul maka, yang menyimpan alat permainan tadi menggantikan posisi yang dihukum. Jika tebakannya salah maka ia dihukum menebak lagi.
Dari permaianan ini didatkan kedisiplinan, kejujuran, kesabaran, dan kesetia kawanan.
PELESTARIAN ADAT BUDAYA MELAYU SAMBAS
             PELESTARIAN ADAT BUDAYA SAMBAS
           Pelestarian adat dan budaya sambas,saya  mencoba untuk menyusun tentang HIRNAT  WINTI  ( Lahir – Besunat – Kawin – Mati ), yang diambil dari beberapa sumber baik dari buku-buku, maupun dari cerite nek Aki yang disampaikan dari mulut kemulut serta dari tokoh masyarakat yang ada di daerah Kabupaten Sambas.
1.      LAHIR
      a. Tuang Minyak
            Sebelum kelahiran anak, biasanya pada kehamilan tujuh bulan diadakan tuang minyak. Dimana bidan kampung yang dipesan menyiapkan beberapa alat perlengkapan maupun makanan yang diperlukan yaitu makanan khusus dalam adat ini, kebanyakan mengandung yang masam-masam dan pedas-pedas.
          
            Perempuan hamil diperiksa dan diurut, khusus dibagian perut dengan menggunakan minyak urut yang bahannya terbuat dari minyak kelapa diberi bawang merah yang sudah diremas-remas. Pengurutan ini bermaksud agar memudahkan dalam persalinan.
            Setelah selesai diurut kedua suami istri makan bersama dengan lauk pauk yang  pedas-pedas dan asam-asaman ( kesukaan orang ngidam ). Kemudian dibacakan do’a selamat semoga anak yang lahir dengan mudah, dan selalu dalam naungan Allah SWT.
      b. Tepung Tawar
            Setelah anak lahir pada usia seminggu, sembilan hari atau sebelas hari akan diadakan tepung tawar yang sekaligus mengadakan Aqikah ( bagi yang mampu ).Tepung tawar yang dimaksud adalah tepung beras, dicampur air tawar yang sudah dibacakan do’a Tulak Bala, daun mentibar dan daun enjuang diikat dengan daun ribu-ribu, sebagai alat pemapas.
            Anak, ibu dan bidan kampung dipapas semua, kemudian empat sudut rumah sebagai papas terakhir  seterusnya alat pemapas dilemparkan jauh dari halaman rumah, maksudnya agar segala bala dapat dihindarkan. Kemudian pembacaan do’a selamat dan do’a tulak bala oleh Amil atau Pak Lebai.
2.      BESUNAT
    Adapun adat besunat dikabupaten Sambas  adalah :
a. Untuk anak Laki-laki
Sebelum besunat biasanya disuruh berendam dalam air, baik di dalam kolam maupun didalam sungai sampai beberapa jam sambil membawa dua biji buah kelapa sebagai pelampung ( agar yang tak bisa berenang tidak tenggelam )
Setelah itu baru disunat satu persatu, setelah disunat lalu masing-masing mengambil tempat untuk istirahat sambil mengenakan alat ( sengkang ) yang dipakai pada kedua lutut agar tidak terkena kain  ( kulub yang dipotong ). Setelah selesai dibacakan do’a selamat oleh Amil atau pak lebai, kemudian makan bersama yang hadir dalam acara tersebut.
b. Untuk anak Perempuan ( Biasanya waktu masih balita )
            Sebelum acara besunat untuk perempuan, biasanya disiapkan dulu perlengkapan-perlengkapannya, dintaranya cermin dan dulangan ( terdiri dari beras secupak, kelapa separo/ sepiak diikat dengan benang sumbu, diisi dengan gula,  beras sampai rata, lilin dihunjamkan kedalam beras, kemudian diberi api atau dinyalakan.
            Anak tersebut disuruh bercermin, didudukkan diatas tempat duduk yang sudah disiapkan, waktu itulah bidan kampung/tukang sunat mulai bereaksi, tanpa disadari oleh anak itu. Karena yang dibuang hanya sedikit, selesailah sudah besunat, kemudian orang tua anak tadi membayar tampas dengan seekor ayam, uang sekedarnya dan paku dan benang  Seterusnya dibacakan do’a selamat kemudian acara makan bersama
      Hikmah Disyari'atkan Khitan ( Besunat )
Dari Abu Hurairah -Semoga Allah meridhainya- Rasulullah bersabda:
(( الفطرة خمس -أو خمسة من الفطرة: الختان، والاستحداد، وتنف الإبط، وتقليم الأظفار، وقص الشارب )) الخباري في صحيح، 5889
Artinya: Fithrah manusia itu ada lima, yaitu khitan / Besunat , mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis (HR. Bukhari, 5889).
Makna fitrah pada asalnya adalah tabiat yang semula sudah ada, dan yang dimaksud dengan hadits tersebut di atas adalah, "Jika 5 hal di atas dilakukan maka pelakunya disifati dengan fithrah sebagaimana Allah tetapkan demikian untuk para hambanya, dan juga Allah memotivasi hamba-Nya untuk melakukan, mencintai hal yang demikian, sehingga hamba tersebut memiliki sifat yang paling sempurna lagi mulia. Dalam sejumlah sifat yang lain disebutkan, "Lima hal yang teramsuk sunnah/kebiasaan".
Dan khitan / Besunat  maknanya adalah memotong, yaitu memotong kulub (kulit yang berlebih yang ada pada dzakar bagian depan. Adapun istihdad, adalah menggunakan alat potong untuk menghilangkan rambut yang ada di atas dan sekitar kemaluan laki-laki. Demikian juga rambut yang ada di sekitar kemaluan perempuan.
Sebuah majalah medis terkenal di Inggris, BMG, pernah menurunkan makalah tentang kanker kelamin dan penyebab-penyebabnya pada tahun 1986. Diantara keterangannya adalah, "Sesungguhnya kanker kelamin sangat kecil sekali terjadi di kalangan yahudi dan negeri-negeri muslim, sebab mereka ini melakukan khitan semenjak usia anak-anak. Dan data statistik medis menunjukkan bahwa kanker kemaluan yang terjadi pada kalangan yahudi tidak terjadi kecuali hanya terhadap 9 penderita saja dalam setahun."
Proses terjadinya kanker kelamin adalah ketika kemaluan tidak dikhitan, maka kulub yang ada di bagian depan kemaluan tersebut selalu menyisakan air kencing yang keluar. Air kencing tersebut membawa endapan-endapan yang dalam waktu yang lama akan menutupi bagian saluran air kencing sehingga menyebabkan dis-fungsi. Maka dengan dikhitannya kulub ini, kemungkinan mengendapnya sisa-sisa air kencing tidak ada lagi karena selalu dibersihkan setiap kali kencing. Sisa-sisa endapan air kencing inilah yang berdasarkan penelitian merupakan sebab utama terjadinya kanker kelamin.
Majalah "Al-Ma'had Al-Wathaniy lii Al-Sarthan" menurunkan berita tentang hasil penelitian yang menegaskan bahwa kanker kelamin bisa berpindah ketika berhubungan seks. Dan dengan hubungan seks dengan banyak pasangan bebas juga akan menyebabkan terjadinya kanker ini. Dalam dalam laporan buletin sebuah akademi untuk penyakit-penyakit anak-anak disebutkan bahwa sesungguhnya khitan / besunat  adalah cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kanker kelamin.
Sebuah majalah Amerika untuk penyakit anak-anak juga menegaskan bahwa aktivitas-aktivitas agama yang dianut kalangan muslimin (Islam) dan yahudi yang menegaskan mensyari'atkan khitan memiliki dampak yang sangat mendasar dalam memotivasi mereka untuk melaksanakan fithrah ini (khitan)". Dan dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu' bahwa Nabi Ibrahim --Alaihis Salam-- melakukan khitan ketika ia memasuki usia 80 tahun.
Sumber: Al-Arbaun Al-Ilmiyah" Abdul hamid Mahmud Thahmaz, Daar Al-Qalam
Penerjemah: Abu Muhammad ibn Shadiq
( Selasa, 02 Desember 2003M / 08 Syawal 1424 H
3.      KAWIN
Adapun rentetan adat perkawinan di Kabupaten Sambas diantaranya adalah  sebagai berikut :

    Antar cikram

Cikram adalah tanda ikatan pertunangan antara dua insan, dalam acara cikraman ini dari pihak laki-laki mengutus orang-orang yang dipercaya untuk datang ke pihak perempuan. Biasanya dalam acara tersebut dari pihak laki-laki terlebih dahulu diberi kesempatan untuk memberikan kata sambutan, dengan untaian beberapa buah pantun diantaranya adalah :
Pinang kote mari dijulukkan
Lalu ditaruh didalam talam
Sebelum kate saye ucapkan
Lebih dahulu terimalah salam  ……..
” Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh “
Kembang selasih didalam cawan
Batang padi didalam jerame’
Terima kasih pade pihak perempuan
Karena sudi menerima kame’
Bukan batang sembarang batang
Batang nurjat rasenye paik
Bukanlah datang sembarang datang
Datang berhajat bermaksud baik
Urang utan jalan di udas
Lintas jirame’ jalannya merangka’
Kalaulah hutan belum dirattas
Ijinkan kame’ akan membuka’
Datok laksamana mati ditikam
Mati ditikam diatas bukit
Maka inilah barang-barang cikram
Barang cikraman serba sedikit
( Biasanya barang cikraman berupa : sirih, pinang, kapur, gambir,bunga rampai ( daun pandan diiris halus halus, bunga kenanga ) dan tembakau dalam satu ceper atau talam, sehelai kain, selendang, sabun dan pupur sebagai pengiring )
Padi seguni didalam rakit
Mari dibawa diwaktu pagi
Walaupun ini hanya sedikit
Mohon terima tandakan sudi
Datok panglime mati ditikam
Mati ditikan dimedan perang
Itte’ yang pertame mengantar cikram
Lakka’ iye bareklah mengantar barang
Burung ape’ terbang ke jirame’
Lalu inggap di pohon selaseh
Sampai disite’ penyampaian kame’
Salam terucap dan terima kaseh
Kalau ade sumur diladang
Boleh jua menumpang mande’
Kalau ade umur yang panjang
Boleh kite berjumpe age’
Kalau ade tumpukan sampah
Marilah bakar diapi unggun
Kalau ade kate tersalah
Mohon maaf mohonlah ampun
Inilah beberapa buah pantun yang diberikan dalam kata sambutan dari pihak laki-laki, kemudian diterima oleh yang mewakili pihak perempuan.
            Burung dare mande’ dikolam
Anak ramak berenang dikali
Bapak dan saudare membawa salam
Kame menerima dengan senang hati
Membawa garam kedalam rakit
Ae’ sasi didalam gallas
Biarpun barang serba sedikit
Kame’ menerima dengan ikhlas
Anak ayam bulunye merah
Ikan gelamak dikarrat-karrat
Barang cikram nang udah disarrah
Kame terima dunie akhirat
Anak karrak dipohon rukkuk
Makan keladi dipungkak abe’
Usah nak jarrak kittak ke sitte’
Kalaulah sudi datanglah agek

    Antar pinang

Setelah cikram ada lagi kelanjutan yang harus dilaksanakan yaitu antar pinang biasa juga disebut antar barang.
Adapun yang diantar pada waktu ini adalah :
Ø  Seceper sirih dan pinang ( maknanya melambangkan kasih sayang utuh dan tidak boleh dipisahkan satu sama lain, ibarat air dengan ikan atau ibarat aur dengan tebing )
Daun sirih dilipat dua, dan dicari daun sirih yang bertemu urat. Buah pinang diukir dengan rapi, ada pinang yang muda dan ada pula yang tua bewarna kuning kemerahan. Buah pinang yang sudah tua akan dibelah dua dan dipasang tertelungkup, yang bermakna bahwa itu adalah pinang pihak lelaki
Ø  Seceper bunga yang berwarna warni ( maknanya melambangkan keharmonisan dalam rumah tangga antara suami dan istri serta keharmonisan antara seluruh keluarga kedua belah pihak hidup rukun damai, aman dan tenteram )
Bermacam ragam bunga-bungaan , daun pandan wangi diiris halus. Kemudian ditutup dengan saputangan renda.
Ø  Sebuah bintang/ bejana berisi bahan kueh mueh / makanan ( maknanya kedua calon mempelai nantinya harus mempunyai modal yang cukup dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, modal tersebut adalah modal agama , modal budi pekerti, dan modal semangat yang teguh, untuk masa depan yang cemerlang dan barokah )
Ø  Seperangkat perlengkapan sarana petiduran
Ø  Seperangkat perlengkapan pakaian wanita untuk sang istri ( Barang-barang kelontong seperti handuk mandi, sabun mandi, sikat gigi, celana dalam, kutang/BH, alat make up, sandal dll )
Ø  Seperangkat alat sholat
Ø  Segala perhiasan berupa emas, gelang emas, kalung emas, cincin emas, dan anting-anting emas
Ø  Mahar atau mas kawin
Ø  Sejumlah uang hangus atau uang bantuan serba guna untuk biaya pesta perkawinan.
      Barang tersebut akan diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan secara resmi dihadapan semua yang hadir. Acara penyerahan tersebut biasanya dipimpin oleh pemandu acara secara tertib.
      Sebelum acara usai maka diadakan pembacaan do’a selamat dan dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah makan bersama selesai, maka pihal laki-laki dan rombongan akan pamit meninggalkan ruangan.
      Kemudian dari pihak perempuan memberikan balasan yang berupa kue/ makanan, seperangkat alat sholat untuk laki-laki yang berupa kain sarung, baju teluk belanga, songkok, sajadah, sebagai tanda sudah diterimanya barang-barang yang dibawa oleh mereka sebagai utusan untuk diberikan kepada orang tua laki-laki, dan kue/makanan  tersebut dimakan bersama-sama dengan rasa gembira.
       Rombongan laki-laki diantar sampai ambang pintu oleh pihak perempuan sembari menyampaikan selamat jalan. Dan selamat bertemu kembali pada hari yang telah ditetapkan.

    Pelaksanaan perkawinan

Sebelum acara pokok perkawinan tuan rumah mengundang masyarakat sekitar untuk pepadu nyarre’, untuk membentuk seksi-seksi dalam pelaksanaan hari besarnya ( raja sehari ) diantaranya adalah berapa saprah yang akan disarrek atau diundang , pinjam meminjam barang pecah belah , petadang ( tukang bemasak ), emper-emper ( tempat sajian makanan ), kuli ae’ ( mengambil air minun dan masak ), pembuatan tarup, penyambut tamu di tarup dll
Selesai bermusyawarah dihidangkan makanan ala kadarnya seperti nasi lemak, roti, air kopi / susu / teh.
Pada hari besar, pagi-pagi musik tanjidor sudang datang untuk membawakan lagu-lagunya, menambah semarak acara pesta. Bila tamu-tamu sudah berdatangan protocol menyambut dengan ucapan salam, selamat datang para undangan , terima kasih kami ucapkan kehadiran bapak, ibu hadirin sekalian, semoga selamat walimah yang kita adakan
Bila waktu sudah agak siang, tamu sudah banyak yang datang acara dilanjutkan dengan kata sambutan oleh penyelenggara yang sudah ditentukan. Wakil dari undangan juga diberi peluang untuk memberikan kata sambutan untuk mendo’akan kedua mempelai dan tuan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan zikir nazam, baca rawi dan al-barzanji kemudian diakhiri dengan do’a
Acara selanjutnya arak pengantin, sementara para undangan menunggu hidangan yang akan dihidangkan. Pengantin perempuan duduk dahulu dan penganti laki-laki memegang tengkuk istri dengan jari manis menandakan syahlah akad nikah yang dibacakan penghulu, barulah duduk bersanding yang disebut  “ duduk tembangan “. Bacaan do’a selamat pengantin dibacakan.
Dilanjutkan dengan menghembus dua batang lilin bersamaan oleh kedua mempelai, disambut tepuk sorai para hadirin. Musik tanjidor diminta mengalunkan lagu pilihan kenangan masa lalu atau yang popular sekarang menambah meriah pesta yang diadakan, sementara para undangan menyantap hidangan yang sudah tersedia.
Setelah tamu undangan pulang, acara dilanjutkan dengan “ makan mufakatan “ Si istri melayani suami menyedok nasi, memberi lauk-pauknya begitu juga sebaliknya. Mereka saling menyuapi satu sama lain, kemudian kedua mempelai istirahat terpisah sesuai arahan makm inang dan pengawal.
Selesai sudah hari yang dibesarkan, seksi-seksi yang dibentuk bekerja kembali untuk memulangkan barang-barang yang dipinjam dan mengemaskan barang-barang yang dipakai dalam pelaksanaan walimah tadi.

    Pulang memulangkan

Ini biasanya dilakukan :
Ø  Sebelum hari besar ( malam hari besar )
Ø  Sesudah hari besar
Walaupun demikian  acara pulang memulangkan ini sama saja. Yang hadir wakil dari pihak laki-laki dan wakil dari pihak perempuan  untuk serah menyerahkan kedua mempelai. Dengan tata cara sebagai berikut :
1.      Pembukaan oleh protokol ( pembawa acara )
2.      Penyerahan dari muhakkam laki-laki, oleh salah satu wakil dari pihak laki-laki
Ø  Pertama  kami serahkan kepada istrinya yang bernama ………. Binti …….
a.       tubuh jasmaninya
b.      harta bendanya
c.       tingkah lakunya
d.      makan minumnya
e.       tidur bangunnya
f.       sehat sakitnya
g.      dan hidup matinya
Ø  Kedua kami pulangkan anak kami kepada :
a.       Ibu Bapak mertuanya
b.      Ahli warisnya
c.       Sanak keluarga, kerabat, handai tolan
ü  Kami pulangkan tentang pendidikannya
ü  Pergaulannya
ü  Serta pengawasannya
Mohon kepada anak kami yang masih belum berpengalaman ini diberikan bimbingan dan binaan serta tunjuk ajar yang membawa manfaat bagi anak kami tersebut dalam mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga.
Ø  Selanjutnya kami pindahkan anak kami dari  desa/dusun ………………….
a.       Kami mengharapkan kepada pimpinan desa/dusun dan seluruh masyarakat dapat kiranya menerima keberadaan anak kami ini dan mengikut sertakan dalam setiap kegiatan dalam desa/dusun
b.      Kepada para tokoh agama supaya dapat memberi nasehat membina dan mendidik anak kami ini dalam kehidupan beragama
Ø  Sebelum kami akhiri, ada tiga buah pantun untuk anak kami :
Biji lempuyang didalam goni
Mari simpan kesuatu tempat
Kalau saying kepade bini
Ape yang di inginkan tentunya dapat.
                        Batang ingkaik melilik rawe
Tempat ingkake menyobek ikan
Kalau baik dengan mertue
Tanah pusake dapat bagian
                        Kalau ingin naik pelampung
                        Pakai celane berbaju sutra
                        Kalau baik dengan urang sekampung
                        Kemane-mane urangpun suka
       
3.      Penyerahan dari pihak perempuan
Biasanya untuk menyingkat waktu, dari pihak muhakkam perempuan berkata Kemilik gantung di langan, bagaimana dire’ gayye jua’ taman
4.      Sujud salam
-          pengantin  laki-laki kepada ibu dan bapak kandung, kemudian kepada kedua  mertuanya.
-          Pengantin  perempuan sujud kepada suaminya, kedua orang tua kandung, kedua orang mertuanya dilamjutkan kepada sanak keluarga dan hadirin yang ada dalam majlis tersebut.
5.      Do’a
6.      Makan saprahan bersama

    Buang-buang

Rentetan dari perkawinan dilanjutkan lagi dengan mandi buang-buang. Ini dilaksanakan oleh dukun kampung yang diminta oleh tuan rumah. Selanjutnya dukun minta disiapkan bahan –bahan keperluan untuk acara tersebut diantaranya air tulak bala, lilin dua batang, telur ayam sebiji, kelapa setampang ( separo ) diisi gula pasir, benang sumbu diikat pada kelapa, dan beras secupak, kesemuanya dimasukkan dalam “ Bintang “  namanya
Pengantin lelaki dan perempuan berpakaian mandi
Perempuan bertapih kemban dan kerudung
Pengantin laki pakai sarung yang di belatkan
Berdiri di pelataran depan rumah yang telah ditentukan
Sang dukun menyiram kedua mempelai sampai basah betul
Kemudian perlengkapan yang ada dalam bintang dengan dua lilin yang sedang menyala dikelilingkan sebanyak tujuh kali
Pada kelilingan ketujuh, harus dihembus serempak oleh kedua mempelai
Disaksikan oleh sanak keluarga lelaki dan perempuan
Kemudian masing-masing berganti pakaian , beristirahat ditempat yang telah ditentukan, disini sang dukun membakar meyan yang asapnya diusapkan pada kedua pengantin dengan mantera-matera untuk keselamatan kedua mempelai.
Adapun maksud buang-buang ini diadatkan sebagai peringatan bagi pengantin baru membersihkan diri, membuang kebiasaan yang tidak bermanfaat, terutama kebiasaan remaja yang suka berjalan.

    Balik tikar

Dua minggu kemudian setelah hari besar ada istilah balik tikar, tikar diranjang dibalikkan, begitu juga kasurnya, kelambu yang dihiasi dengan berbagai dekorasi dibuang dan kelambunya baru boleh di labuhkan.
Kemudian kedua mempelai pergi kerumah orang tua pengantin laki-laki, pengantin perempuan dikawal mak inangnya inilah yang disebut “ adat singgahan “

    Singgahan

Biasanya singgahan ini dilakukan dua hari dua malam, berada dirumah orang tua suami dan berkunjung kerumah-rumah keluarga terdekat. Selesai dua malam baru pulang kerumah orang tua isteri.
4.      MATI
            Dalam menghadapi sakratul maut biasanya si sakit  dbacakan “ Talqin “, Lailaha illallah berulang-ulang pada telinganya supaya didengar sisakit, dengan harapan sisakit dapat mengikuti . meninggalkan dunia yang baik menurut ajaran islam adalah yang pada akhir hayatnya mengucapkan kalimah Lailaha illallah.
            Kalau ada orang kampung meninggal dunia, ada petugas untuk memberitahukan warga kalau meninggal waktu malam banyak yang datang untuk berjaga serta membaca Al-Qur’an setelah subuh barulah mereka pulang.
            Penyelenggeraan mayat diurus waktu siang, bila sanak saudara sudah berdatangan barulah mayat dimandikan, kemudian dikapankan seterusnya disholatkan. Setiap pelaku fardhu kipayah diberi bungkusan berupa uang yang dibungkus dengan daun sirih, besarnya uang yang diberikan sesuai dengan kemampuan keluarga.
            Selesai jenazah disholatkan untuk menurunkan jenazah dari rumah dibacakan bersama-sama  Al-Fatihah sebanyak 3 kali, kemudian beramai-ramai mengantarkannya ketempat pemakaman, selama dalam perjalan membaca tasbih.
Sesampainya di pekuburan, liang lahat sudah disiapkan oleh petugas yang ditunjuk. Keranda dimasukkankeliang kubur perlahan-lahan, ditimbun dengan tanah bekas galian. Bila hamper selesai ditimbun tanah, diiringi dengan membaca Al-Qu’an dimulai dari surah al-Baqarah dan seterusnya, yang biasa membacakan ada lima orang ( setiap orang membaca setengah juz )
Jenazah sudah selesai disemayamkan, pulanglah rombongan kerumah keluarga almarhum untuk menyampaikan sesuatu hajat dari tuan rumah yaitu menyantap makanan apa adanya yang disediakan . selesai melayat dan makan, pelayat baru pulang diiringi pesan “ sampai hari ketujuh pelayat diharap datang habis sholat maghrib sebelum isya untuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan tahlilan. Ini lah yang debut “ Miare “. Kemudian dilanjutkan dengan peringatan ke 15 hari, 40 hari, 100 hari  dan khaul.
Adapun acara tahlilan dimulai dari :
v  Fudiah untuk nabi Muhammad SAW, para sahabat, khusus syeh Abdul qodir Jailani, ahli kubur dari orang-orang islam laki-laki dan perempuan, mu’min laki-laki dan perempuan khusus kepada kedua orang tua, para guru, ustadz dan tuan rumah.
v  Membaca surah Al-Ikhlas, Al Falaq, An-Nas
v  Kemudian surah Al-Fatihah lagi, dilanjutkan dengan Surah Al-Baqarah ayat 1 s/d 5, ayat 163, ayat 255, ayat 284- 286 surah Hud ayat 73,surah Al-ahzab ayat 33, ayat 56 surah Al-Imran ayat 173 surah Al-Anfal ayat 40 kemudian diteruskan dengan istghfar kemudian  membaca laa ilaha illallah sebanyak 165 kali dan ditutup dengan do’a tahlil.
Selesai membaca do’a  acara makan bersama / saprahan. Inilah adat istiadat yang biasa dilakukan dikabupaten Sambas. Semoga ada manfaatnya untuk kita semua, Amiin.
PETUAH-PETUAH LAGU
LAGU RENG-RENG BARE’ ( Permainan anak-anak maupun remaja )
Reng-reng barek
Sammut gatal lallai-lallai
Ingkareng makan taek
Tabakkan lom pek mallai
Sak siggum bau ballok
Masak sigge’ masak sumenye
Cara permainan :
Beberapa orang anak duduk bekajeng saling berhadap-hadapan
Lalu dinyanyikan lagu diatas
Setelah selesai menyanyikan, lalu kaki ditutup dengan kain
Sambil dipijit-pijit, lalu keluar dari mulut mereka …
Udah masaaak…
Lalu kain yang menutup kaki mereka dibuka semua
Mereka dengan bergantian menarik sepuluh jari kaki mereka
Kalau ada yang berbunyi  krup…. Naaah  dah masaaak
Dari permainan ini diutamakan  kebersamaan, kesetia kawanan, kerja sama, dan kesabaran menunggu giliran.
LAGU WAK-WAK AMPE’ ( Untuk menghibur anak yang masih balita )
Wak-wak ampe’
Ampe’ si mare tiung
Mak julak makan nase’
Lauknye kepala tiung
Yung mak iyung
Ambe’kan parang bade’
Te’ ape parang bade’
Te’ nabang aur
Te’ ape aur
Te’ nyuluk bullan
Te’ ape bullan
Te’ maingan sannong
Kretek … kretek ….kretek ….tuuuuummm
Cara pelaksanaan :
Biasanya dilakukan dalam waktu santai antara orang tua dan anak yang masih balita untuk menghibur anak / bersenda gurau baik diwaktu siang maupun malam hari. Sang ayah berbaring telentang, lutut diangkat, ditegakkan, betis dan paha dirapatkan.
Si anak diletakkan diatas kedua kaki, kedua tangannya di pegang agar tidak belabbik, lalu kaki si ayah diayunkan keats dan kebawah berulang-ulang, sejajar lutut sambil menyanyikan lagu diatas.
Kemudian  kalau sudah merase  kappa’ , si ayah menumbangkannye ke kere dan ke kanan sambil menirukan bunyi batang aur yang tumbang karena di tebang, kretek….kretek…kretek….tuuuummm. Sianakpun dibaringkan disamping si ayah yang sudah disiapkan sebuah bantal, biasanya anak langsung disuruh tidur.
JU JU BINYAK    (  Permainan anak-anak dan remaja )
Ju ju binyak
Binyak ju lana-lana
Patah pakku’ patah miding cari aku luar dinding
Pi’ kerapi’ situlang bawang
Sape kana’ apik menunggu lawang
Cara permainan :
Kalau tebakannya betul maka, yang menyimpan alat permainan tadi menggantikan posisi yang dihukum. Jika tebakannya salah maka ia dihukum menebak lagi.
Dari permaianan ini didatkan kedisiplinan, kejujuran, kesabaran, dan kesetia kawanan.

TRADISI ANTAR AJONG SAMBAS MASYARAKAT PALOH DAERAH SAMBAS

Tanah Hitam Paloh

Diisi oleh Aang dan Aan ( Alfa)
Budaya Antar Ajong Masyarakat Tanah Hitam Paloh

Mengemas Ritual Kebudayaan Menjadi Ajang Promosi Wisata
Kabupaten Sambas bukan hanya memiliki panorama alam yang menarik, namun kawasan yang berada paling utara Kalbar dengan penduduk mayoritas Melayu ini, juga memiliki sejumlah kebudayaan yang cukup menarik. Terutama bagi mereka yang menyenangi wisaya budaya. Salah satunya adalah Antar Ajong, yang dihelat di Paloh, yaitu di Tanah Hitam.
ANTAR AJONG merupakan upacara ritual adat untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat setempat mempercayai, aktivitas tersebut dapat membuat tanaman padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat sekampung.
Karena mengacu pada waktu tanam, maka waktu pelaksanaan Antar Ajong biasanya setiap pertenggahan tahun, sekitar Juni atau Juli. “Rencananya kedepan jadwal kegiatan tersebut akan dirutinkan berbarengan dengan aktivitas wisata lainnya di Kabupaten Sambas,” ujar Serly Narulitas SH SIP, Kasi Promosi Wisata Dinas Budparpora Kabupaten Sambas.
Upacara adat budaya Antar Ajong dimulai dengan masa persiapan pembuatan perahu Ajong diketuai oleh tokoh adat setempat. Waktunya yaitu dua hari sebelum hari H pelepasan. Perahu Ajong dibuat menyerupai kapal-kapal layar dalam bentuk mini yang lengkap dengan palkan dan geladak kamar tidur mirip perahu kapal aslinya. Biasanya ukuran badan perahu bervariasi dengan lebar 20 cm - 40 cm  dan panjang 1,5 m - 4 m. Kain yang dibuat sebagai layarnya sering tampil dalam berbagai warna tapi lebih didominasi oleh warna putih dan kuning.  Badan perahu diberi warna cat bebas dengan variasi gambar ukiran khas sambas.
Pada malam hari H diadakan acara memanggil para roh jahat (besiak). Prosesinya yaitu dengan cara membujuk menyanyikan dengan mayang pinang, yang akan dikumpulkan untuk dikirim jauh dari kampung melalui media perahu ajong. Perahu mini dini berisikan perbekalan antara lain berbagai kue adat, ketupat pulut, cucur, deram berwarna putih dan merah, bunga rutteh, dan dilengkapi dengan nasi pulut, beras kuning.
Selain itu, dalam Ajong juga ada boneka mini berbentuk manusia dan hewan ternak (ayam, burung). Dapur untuk memasak yang serba mini juga tersedia. Rempah dapur (kunyit, serai), beras dan padi-lengkap dengan tangkainya yang dikemas dalam karung mini, bibit pinang, pekeras adat paku dan benang putih.
Layaknya kapal yang hendak berlayar jauh, ajong juga dilengkapi dengan peralatan tidur (tikar dan bantal), tujuh genggam (kappal) nasi dalam variasi 7 warna, perlengkapan pertanian dan pertukangan (cangkul, gergaji dan lain-lain).
Setelah semuanya siap, tiba saatnya untuk berangkat. Pada hari H pelepasan perahu ajong, paginya, setiap rumah penduduk dipercikan air yang telah di jampi tokoh adat (bepapas). “Tujuannya sebagai ritual adat menolak bala agar penduduk terhindar dari bala petaka dan penyakit,” jelas Serli. Air ini pula yang digunakan untuk membasahi benih agar tumbuh subur.
Menjelang waktu untuk melepas ajong ke laut, merupaka saat yang ditunggu-tunggu masyarakat maupun pengunjung yang memadati pantai Tanah Hitam. Begitu menterai bergerak ke barat, berduyun massa mendekat ke bibir pantai. Masing-masing tak sabar untuk menyaksikan, apakah perahu ajong yang disiapkan lancar perjalanannya mengarungi lautan. Seiring dengan hembusan angin darat menuju ke laut yang cukup kencang, seketika itu pula perahu layar mini-tanpa penghuni-yang lengkap bekalannya ini meluncur ke laut.
Sorak sorai membahana mengiringi ajong yang terus berlayar hingga tak lagi tampak dari sorotan mata telanjang siapapun yang berdiri di pinggiran pantai.
Sepeninggal ajong, maka pantang larang pun berlaku (be sam sam). Dalam sehari semalam setelah perahu ajong dilepas, anggota masyarakat kampung tidak boleh menyembelih hewan apapun (mengeluarkan darah). Resiko adat bila pantang larang dilanggar, yaitu membuat 100 buah ketupat-tidak boleh kurang-yang kemudian dihantarkan ke laut lepas. “Mulai tahun ini Kami mengemas antar ajong dalam bentuk festival. Masing-masing berlomba membuat ajong semenarik mungkin,” imbuh Kasi Promosi Wisata.

WISATA SAMBAS PANTAI TEMAJOK DAN PANTAI SELIMPAI

Pantai temajuk (Paloh)   Keunikan Dari pantai ini, adalah ketika Air Laut surut menyisakan hamparan pasir yang sangat luas dengan lebar sekitar 100-150 meter. Namun ketika memasuki bulan Oktober - Februari tiupan angin cukup kencang dan tinggi gelombang di pantai ini bisa mencapai 2 meter bahkan lebih. Inilah saat yang tepat untuk melakukan olahraga sky diving atau berselancar bagi mereka yang gemar dan mahir akan olahraga tersebut.

temajuk adalah sebuah perkampungan memiliki pantai yang sanga indah, air laut yang sangat jernih sangat sesuai untuk wisata berenang, di tambah dengan formasi batu-batu besa dan kecil yang begitu indah.




Pantai Selimpai (Paloh)

 

Selimpai Pantai  adalah salah satu tujuan wisata yang terletak di desa Sebubus Kecamatan. Paloh Sambas. Pantai Selimpai kabupaten memiliki jarak kurang dari sekitar 7 km dari ibukota kecamatan dan 45 km sebelah utara kota Sambas, Selimpai Beach adalah pantai yang sangat indah dan menarik yang memiliki pasir putih,
kita juga bisa menikmati nama selimpai sunset.While sendiri diambil dari nama sebuah cagar alam pantai hutan mangrove terletak di wilayah tersebut, untuk mencapai Selimpai memakan waktu sekitar 1,5 jam (Sambas - Paloh), kemudian menyeberangi sungai menggunakan spead Paloh perahu atau perahu motor sekitar 30 menit. Selimpai adalah semenanjung menghadap pantai ke Laut Natuna dan perbatasan dengan Malaysia
.

TANAK LADE MAKANAN KHAS SAMBAS

Melayu, memang identik dengan khasanah budaya yang beragam dan tradisional. Tak terkecuali soal masakannya. Sebut saja, sambal lado, bubur pedas, bubur sumsum, sayur keladi dan berbagai masakan lainnya.
Demikian pun melayu sambas- menyimpan khasanah masakan khas yang tak kalah enak dan mak nyos -meminjam kata kuliner kawakan Pak Bondan Winarno di sebuah siaran televisi nasional. Kali ini saya persembahkan masakan tanak lade.
Baiklah, ini sebenarnya masih kelanjutan dari wisata pasar beringin sebelumnya, aku dan istri membeli ikan kecil, ikan kerisi begitu biasa kami menyebutnya. Kami berencana membawa pulang dan akan membuat masakan khas tadi, yang sebenarnya sudah lama tidak kami rasakan lagi.
Apa itu tanak lade?  Tanak bisa diartikan masakan, memasak. Sedangkan lade, adalah rempah yang kita sering sebut lada. Namun untuk keperluan ini kita menggunakan lada hitam, lada yang berwarna hitam karena berasal dari lada hijau yang dikeringkan sehingga menjadi hitam.
Selanjutnya lada hitam (kira-kira segenggam) tadi dihaluskan terlebih dahulu, kemudian ditambah bumbu lain seperti bawang merah (2 siung), bawang putih (2 siung), jahe (seiris), kunyit (satu centi), lengkuas (seibu jari), garam (secukupnya) dan bumbu penyedap (secukupnya) kemudian dihaluskan lagi.
Siapkan penggorengan dan masukkan sedikit minyak goreng, setelah agak panas masukkan bumbu yang telah dihaluskan tadi sambil diaduk pelan sampai tercium bau harum, lalu masukkan sebatang serei yang telah dimemarkan dan ikan kerisi yang telah dibersihkan. Kemudian tambahkan sedikit air.  Tunggu dan sambil diaduk pelan hingga mendidih dan tercium aroma khas tanak lade.
Masakan ini enak disantap saat masih panas sebagai lauk pauk makan nasi putih pada siang atau malam hari. Masakan ini juga sering dipakai sebagai lauk bagi seorang ibu yang baru melahirkan, namun biasanya tanpa ikan hanya lada hitam dan dibuat sedemikian hingga tampak tanpa air atau kering.
Mau mencoba memasak dan mencicipi? segera ke pasar dan cari bahan-bahannya.

BATIK SAMBAS ATAU KAIN SONGKET

Penduduk Kabupaten Sambas saat ini multi etnis, ada Melayu, Dayak, Cina, Bugis, Jawa, dan Batak. Dengan adanya etnis atau suku tersebut menjadikan Sambas suatu Kabupaten yang mempunyai beragam budaya. Kehidupan masyarakat Sambas penuh dengan cinta damai dan cinta kasih. Setiap suku yang ada di Indonesia, pasti mempunyai budayanya sendiri. Begitu juga dengan suku-suku yang ada di Kabupaten Sambas. Demi menyatukan kebersamaan dalam hal berpakaian pada instansi pemerintah baik negeri atau swasta, maka Pemerintah Daerah berinisiatif untuk membuat batik khas Sambas yang diberi nama “batik parang mannang”. Di samping itu pula, batik ini dapat dilestarikan sekaligus memperkenalkan batik khas daerah Kabupaten Sambas kepada seluruh masyarakat Sambas khususnya, serta masyarakat Indonesia pada umumnya.
Sebenarnya pengrajin di Kabupaten Sambas ini sangat banyak, mereka juga mempunyai bakat yang terpendam. Masyarakat atau penduduk yang sering menghasilkan barang kerajinan tangan adalah masyarakat di Kecamatan Sejangkung. Mereka pandai sekali mengayam tikar pandan, nyiru, bakul, bakak (tempat padi besar dari bakul), intudung laok (tudung saji), tanggui (sejenis topi wanita), dan banyak lagi yang mereka anyam. Mereka juga bisa membuat kursi dari rotan, bambu, ataupun kayu dari pohon kelapa.
Sebenarnya masyarakat di Kabupaten Sambas dalam hal kerajinan tangan tidak kalah saing dengan masyarakat atau orang Jawa. Akan tetapi masyarakat kita mungkin hanya suka membeli. Masyarakat Sejangkung sebenarnya sudah lama sekali membuat kerajinan tangan, sedangkan masyarakat di desa Sembarang  jenis kerajinan tangannya adalah kain lunggi atau kain tenun benang emas.
Pemerintah Daerah mengambil inisiatif demi melestarikan kain tersebut, dengan membuat motif batik khas Sambas agar masyarakat luas dapat mengetahui batik daerah Kabupaten Sambas. Sedangkan di Kota Singkawang saja sudah memiliki batik daerahnya yang bernama “batik cidayu”.
Batik khas Sambas ini dijual permeter kepada seluruh pegawai yang ada di Kabupaten Sambas. Seluruh instansi ditawari untuk membeli kain batik tersebut dengan harga yang terjangkau. Harga permeter kain batik khas Sambas “Batik Parang Mannang” 20.000,- menurut beberapa pegawai di salah satu kecamatan di Kabupaten Sambas. Ibu Pabali (menurut mereka) mengatakan “untuk membuat (memotong) baju batik tersebut dikembalikan kepada individu masing-masing sesuai seleranya.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa “seharusnya untuk membuat baju batik khas Sambas itu satu motif atau satu macam saja seperti batik PGRI, kalau masalah warna sesuai selera tidak apa”, katanya. Pengambilan kain batik khas Sambas “Batik Parang Mannang” ini diambil di Dikrenasda ucap salah satu Kepala Sekolah yang ada di Kabupaten Sambas. Sedangkan ukuran baju untuk laki-laki adalah 1,5 meter, dan untuk baju batik perempuan sebanyak kurang lebih 2 meter.

Sumber : cakrawawasan.com

MAKANAN KHAS SAMBAS BUBUR PEDAS

Menu bubur pedas sepertinya sudah tidak asing lagi ditelinga penduduk Kalimantan Barat. Makanan khas daerah pesisir Sambas ini mengandung serat dan protein yang sangat tinggi. Terlihat dari campurannya yang hanya terdiri dari beras yang sudah di sangrai kemudian di haluskan, berbagai macam sayur, kacang tanah, dan tetelan sebagai penambah nikmat. Bagi para pecinta sayuran menu ini sangat dianjurkan, apalagi untuk anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Ada yang bercerita bubur pedas ini awalnya adalah makanan khas kerajaan Sambas. Namun, saat ini bubur pedas bukanlah makanan kerajaan lagi, bubur pedas bisa dengan mudah kita temui di kedai kedai kecil. Tidak hanya didaerah Sambas, bubur pedas sudah meluas ke daerah daerah sekitar juga.

Keunikan dari makanan khas daerah ini terletak pada namanya, Bubur Pedas.Tapi jangan salah ya, bubur yang satu ini rasanya tidak pedas loh, itu hanya nama saja. Kata Pedas sendiri di ambil dari bahasa Sambas yang menunjukan bahwa bubur ini terdiri berbagai macam sayuran.
Bahan:
  • 1. 250 gram beras, cuci bersih
  • 2. 100 gram kelapa, parut
  • 3. 150 gram tetelan sapi
  • 4. 5 lonjor kacang panjang, potong-potong
  • 5. 1 ikat kangkung, potong-potong
  • 6. 2 buah wortel, potong dadu
  • 7. 50 gram ubi jalar, potong dadu
  • 8. 50 gram daun kesum, diiris tipis-tipis 9. 1000 cc air



Menu bubur pedas sepertinya sudah tidak asing lagi ditelinga penduduk Kalimantan Barat. Makanan khas daerah pesisir Sambas ini mengandung serat dan protein yang sangat tinggi. Terlihat dari campurannya yang hanya terdiri dari beras yang sudah di sangrai kemudian di haluskan, berbagai macam sayur, kacang tanah, dan tetelan sebagai penambah nikmat. Bagi para pecinta sayuran menu ini sangat dianjurkan, apalagi untuk anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Ada yang bercerita bubur pedas ini awalnya adalah makanan khas kerajaan Sambas. Namun, saat ini bubur pedas bukanlah makanan kerajaan lagi, bubur pedas bisa dengan mudah kita temui di kedai kedai kecil. Tidak hanya didaerah Sambas, bubur pedas sudah meluas ke daerah daerah sekitar juga.

Keunikan dari makanan khas daerah ini terletak pada namanya, Bubur Pedas.Tapi jangan salah ya, bubur yang satu ini rasanya tidak pedas loh, itu hanya nama saja. Kata Pedas sendiri di ambil dari bahasa Sambas yang menunjukan bahwa bubur ini terdiri berbagai macam sayuran.
Bahan:
  • 1. 250 gram beras, cuci bersih
  • 2. 100 gram kelapa, parut
  • 3. 150 gram tetelan sapi
  • 4. 5 lonjor kacang panjang, potong-potong
  • 5. 1 ikat kangkung, potong-potong
  • 6. 2 buah wortel, potong dadu
  • 7. 50 gram ubi jalar, potong dadu
  • 8. 50 gram daun kesum, diiris tipis-tipis 9. 1000 cc air
Pelengkap:
  • 1. 100 gram kacang tanah, goreng
  • 2. 50 gram ikan teri, goreng
  • 3. Bawang goreng
  • 4. Kecap manis
  • 5. Jeruk limau
  • 6. Sambal
  • 7. Kerupuk
Bumbu
  • 1. 2 lembar daun salam
  • 2. 1 batang serai, memarkan
  • 3. 2 cm lengkuas, memarkan
  • 4. 3 butir bawang merah
  • 5. 1 siung bawang put kangkung, ubi jalar. Masak hingga matang, angkat.
Cara membuat Resep Masakan Bubur Sambas:
  • 1. Sangrai beras dan kelapa parut, angkat. Tumbuk halus, sisihkan.
  • 2. Didihkan air, rebus tetelan hingga matang. Masukkan bumbu halus, daun salam, serai, lengkuas. Aduk- aduk.
  • 3. Tambahkan beras tumbuk, aduk-aduk. Aduk-aduk. Masukkan wortel, kacang panjang, kangkung, ubi jalar. Masak hingga matang, angkat.
  • 4. Hidangkan dengan taburan kacang tanah, ikan teri dan bawang goreng.
  • 5. Hidangan ini paling enak dimakan bersama kerupuk. Kecap, sambal dan jeruk limau dapat ditambahkan di mangkuk masing-masing sesuai selera


tradisi saprahan adat budaya melayu sambas

Tradisi makan ber-Saprah sangat akrab dalam tradisi masyarakat Melayu Sambas.  Masyarakat Melayu Sambas secara teritorial mendiami kawasan sepanjang pesisir pantai utara Kalimantan Barat. Tradisi ber-Saprah biasanya di lakukan pada acara-acara tertentu, seperti acara pernikahan, acara tepung tawar, sunatan, antar pinang, selamatan dan acara lainnya.
Jamuan Makan Berkelompok
Jamuan makan Saprah masih bisa ditemukan dalam tradisi masyarakat melayu Sambas hingga kini. Kata Saprah sendiri merupakan ungkapan untuk menggambarkan jamuan makan khas melayu yang dilakukan secara berkelompok dengan duduk bersila di lantai.  Dalam beberapa jamuan Saprah dapat ditemukan  kelompok sepanjang  2 x 28 meter hingga 2 x 40 meter, tergantung dengan jumlah orang yang diundang oleh tuan rumah yang punya hajatan dan ‘tarub’ (tenda) yang disediakan. Jamuan untuk undangan pria dan wanita dilaksanakan di tempat yang sama, namun dalam waktu yang berbeda.  Lazimnya jamuan Saprah dilaksanakan untuk undangan pria terlebih dahulu.

 Undangan pria Undangan wanita
Makan bersaprah tidak memapakai sendok, jadi harus dengan tangan. Makanya disediakan air cuci tangan. Setelah semuatamu mendapat hidangan baru jamuan boleh dimakan. Ini menunjukan wujud kebersamaan. Selain makanan, ciri khas yang disajikan adalah air ‘sapang’ yaitu air berwarna teh dengan aroma khas yang terbuat dari rendaman kayu Sapang.
Harus Berjumlah Lima dan Enam
Walaupun tidak ada referensi yang dapat menyebutkan secara pasti sejak kapan tradisi Saprah dimulai, namun banyak pihak yang mengaitkan tradisi ini dengan ajaran Islam sebagai agama yang dianut masyarakat Melayu Sambas.  Karena itu makna yang dapat diungkapkan dari makan ber-Saprah tidak lepas dari ajaran agama Islam, seperti jenis makanan dalam setiap kelompok harus berjumlah 5 (lima) yang melambangkan jumlah rukun Islam. Sedangkan jumlah orang dalam satu saprah harus berjumlah 6 (enam) orang yang melambangkan jumlah rukun iman dalam agama Islam.Undangan wanita
Makan bersaprah tidak memapakai sendok, jadi harus dengan tangan. Makanya disediakan air cuci tangan. Setelah semuatamu mendapat hidangan baru jamuan boleh dimakan. Ini menunjukan wujud kebersamaan. Selain makanan, ciri khas yang disajikan adalah air ‘sapang’ yaitu air berwarna teh dengan aroma khas yang terbuat dari rendaman kayu Sapang.
Harus Berjumlah Lima dan Enam
Walaupun tidak ada referensi yang dapat menyebutkan secara pasti sejak kapan tradisi Saprah dimulai, namun banyak pihak yang mengaitkan tradisi ini dengan ajaran Islam sebagai agama yang dianut masyarakat Melayu Sambas.  Karena itu makna yang dapat diungkapkan dari makan ber-Saprah tidak lepas dari ajaran agama Islam, seperti jenis makanan dalam setiap kelompok harus berjumlah 5 (lima) yang melambangkan jumlah rukun Islam. Sedangkan jumlah orang dalam satu saprah harus berjumlah 6 (enam) orang yang melambangkan jumlah rukun iman dalam agama Islam.



Peran Penyambut Tamu
Adat tuan rumah adalah menghormati tamu. Agar seluruh tamu yang datang semuanya mendapat penghormatan dan penghargaan yang selayaknya dari tuan rumah, maka peran penyambut tamu menjadi penting dalam sebuah jamuan makan ber-Saprah. Penyambut tamu dituntut untuk mengenal seluruh tamu yang diundang. Penyambut tamu bertugas menyambut tamu yang datang sekaligus mengantarkan tamu ke tempat duduknya.  Tempat duduk tamu ditentukan dari status sosialnya di masyarakat, yang disusun mulai dari tempat paling ujung di dalam ‘tarub’. Mereka adalah kelompok yang telah menunaikan ibadah haji dan menjadi panutan, selanjutnya adalah kerabat Raja dan keturunannya, diikuti oleh tokoh dan pemuka masyarakat dan seterusnya.

suku sambas

Suku Sambas (Melayu Sambas) adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang berbudaya melayu, berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten Pontianak- Kalimantan Barat. Suku Melayu Sambas terkadang juga disebut Suku Sambas, tetapi penamaan tersebut jarang digunakan oleh masyarakat setempat.

Secara liguistik Suku Sambas merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak, khususnya dayak Melayik yang dituturkan oleh 3 suku Dayak : Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais yang digolongkan bahasa Melayu), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk Banjar, Berau, Kedayan (Brunei), Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu. Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam suku Dayak adalah Kutai, Tidung dan Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) serta Paser (rumpun Barito Raya).

Pada awalnya Sambas bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan yang berada tepat di pertemuan 3 sungai yaitu sungai Sambas Kecil, sungai Subah dan sungai Teberau yang lebih dikenal dengan Muara Ulakan. Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ), Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya. Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang pemisah antara keluarga besar ini. Mereka yang meninggalkan kepercayaan lama akhirnya meninggalkan adatnya karena lebih menerima kepercayaan baru dan berevolusi menjadi Masyarakat Melayu Muda. Khususnya dalam Islam maupun Nasrani, hal - hal adat yang bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan. Sedangkan yang tetap teguh dengan kepercayaan lama disebut dengan Dayak. Adat-istiadat lama Suku Melayu Sambas banyak kesamaan dengan adat-istiadat Suku Dayak rumpun Melayik misalnya; tumpang 1000, tepung tawar, dan lainnya yang bernuansa Hindu.

Secara administratif, Suku Sambas merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 12% dari penduduk Kalimantan Barat, sebelumnya suku Sambas tergabung ke dalam suku Melayu pada sensus 1930. Sehubungan dengan hal tersebut kemungkinan "Dialek Melayu Sambas" meningkat statusnya dari sebuah dialek menjadi bahasa kesukuan yaitu Bahasa Suku Sambas.

Perubahan Suku Sambas secara drastis setelah masuk Islam, hampir menghapus jejak asal muasalnya yaitu Suku asli yang mendiami pulau Kalimantan. Kebudayaan Melayu yang dianggap lebih "beradab", membantu menghilangkan budaya Dayak pada Suku Sambas dengan cepat. Sehingga Sambas yang dahulunya beragama Hindu Kaharingan kehilangan jejak Kaharingan, walaupun sebagian kecil ada yang tersisa. Akibatnya orang lebih yakin Sambas adalah Melayu, padahal tidaklah demikian. Tentu saja segala hal dalam adat lawas dianggap syirik (bertentangan dengan agama) jadi harus dimusnahkan dan ditinggalkan.

Sulitnya data semakin mempersulit para peneliti untuk mencari jejak asal muasal Suku Sambas. Membuat hasil penelitian terlihat ambigu bahkan samar. Peneliti seringkali mengklasifikasikan berdasarkan bahasa, sedangkan menurut orang Kutai dan Tunjung-Benuaq mengenal tradisi lisan yang mengklasifikasikan golongan berdasarkan budaya dan sejarah budayanya serta geneologi. Oleh karena itulah Suku Sambas diklasifikasikan ke dalam suku Dayak berbudaya Melayu.
Namun, berdasarkan kajian dengan pendekatan sejarah, asal usul masyarakat yang sekarang disebut Melayu Sambas adalah hasil asimilasi beberapa suku bangsa di Nusantara yaitu yang sekarang disebut Melayu Sambas adalah asimilasi dari Orang Melayu (yang datang dari Sumatera sekitar abad ke-5 M hingga 9 M pada masa Kerajaan Malayu atau masa awal Kerajaan Sriwijaya), Orang Dayak (penduduk lebih awal yang secara turun temurun sebelumnya telah mendiami Sungai Sambas dan percabangannya), Orang Jawa (yaitu serombongan besar Bangsawan Majapahit keturunan Wikramawardhana bersama para pengukutnya yang melarikan diri secara boyongan dari Majapahit karena perang sesama Bangsawan di Majapahit pada awal abad ke-15 M yang kemudian mendirikan sebuah Panembahan di wilayah Sungai Sambas) serta Orang Bugis (para Nakhoda dan pembuat kapal bersama keluarganya dari Sulawesi yang kemudian membentuk sebuah perkampungan Bugis yang bekerja untuk Sultan-Sultan Sambas di masa awal dan pertengahan Kesultanan Sambas).
Masyarakat Melayu Sambas secara Budaya dan Intelektual adalah yang terkemuka di Kalimantan Barat, beberapa budaya Melayu Sambas yang masih populer di kalangan Masyarakat Kalimantan Barat dari dulu (masa Kerajaan) hingga sekarang diantaranya adalah Kain Khas yaitu yang disebut Kain Sambas / Kaing Lunggi / Kain Songket Sambas, Makanan Khas yang disebut Bubbor Paddas / Bubur Pedas (dengan khas menggunakan daun Kesum / daun Kesuma), Lagu-Lagu Daerah Sambas (dari masa lampau / Kerajaan) sangat mendominasi khazanah lagu-lagu daerah di Kalbar hingga sekarang disamping Lagu-lagu daerah Dayak dan banyak lagu-lagu daearah Sambas itu adalah berstatus anonim yang tidak diketahui siapa pembuatnya karena sudah begitu lama yang dilantunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi seperti Lagu Alok Galing, Cik cik Periuk, Kapal Belon dan lainnya, Tarian Daerah Khas Sambas seperti Tandak Sambas, Jepin dan lainnya.
Pada masa Kerajaan (Kesultanan Sambas) masyarakat Melayu Sambas juga terkenal sangat Agamis (Islam) yang paling terkemuka di Kalimantan Barat sehingga sempat disebut sebagai "Serambi Makkah" Kalimantan Barat. Pada masa Kerajaan, Ulama-Ulama Islam dari Kesultanan Sambas sangat terkemuka dibanding Kerajan-Kerajaan lainnya di Kalimantan Barat ini, bahkan Ulama-Ulama Islam dari Kesultanan Sambas telah ada yang berkaliber Internasional misalnya pada abad ke-19 M ada Ulama Kesultanan Sambas yang bernama Shekh Khatib Achmad As Sambasi yang menjadi Ulama di Makkah Al Mukarramah dan menjadi Pemimpin Ulama-Ulama Nusantara yang menuntut Ilmu Agama di Makkah dengan gelar Shekh Sharif Kamil Mukammil. Kemudian pada abad ke-20 M ada Ulama Kesultanan Sambas bernama Shekh Muhammad Basuni Imran (Mufti Kesultanan Sambas) yang adalah lulusan Al Azhar kairo, Mesir yang terkenal di Timur Tengah karena suratnya kepada Mufti Mesir yang berjudul "Mengapa Umat Islam saat ini Mengalami Kemunduran". Jejak kejayaan Islam di Sambas itu yang masih nampak pada sekitar tahun 80-an dimana Qori-qori dari Sambas cukup mendominasi dalam mewakili Kalimantan Barat di tingkat Nasional dan Internasional.
Sedangkan di masa Kerajaan, Kesultanan Sambas adalah sebuah Kerajaan Maritim (Pesisir) yang sempat menjadi Kerajaan terbesar di wilayah Borneo Barat (Kalimantan Barat) selama sekitar 100 tahun (dari awal tahun 1700-an hingga awal tahun 1800-an). Urutan Kerajaan-Kerajaan terbesar di Kalimantan Barat dari awal adalah Kerajaan Tanjung Pura yang setelah runtuh dilanjutkan oleh Kesultanan Sukadana, lalu ketika Kesultanan Sukadana melemah posisi Kerajaan terbesar di Kalimantan Barat itu beralih dipegang oleh Kesultanan Sambas yang kemudian setelah masuknya Belanda ke wilayah Kalimantan Barat pada tahun 1818 posisi Kerajaan terbesar di Kalimantan Barat beralih dipegang oleh Kesultanan Pontianak. Kesultanan Sambas berdiri pada tahun 1671 M yang kemudian memerintah selama sekitar 279 tahun melalui Pemerintahan 15 Sultan-Sultan Sambas dan 2 Ketua Majelis Kesultanan Sambas secara turun temurun hingga kemudian berakhirnya Pemerintahan Kesultanan Sambas dengan bergabung ke dalam Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950.

Kabupaten Sambas terkenal dengan sebuah peninggalan sejarah yaitu sebuah keraton peninggalan Kesultanan Sambas. Penduduknya mayoritas melayu, dan berbahasa melayu. Sebagian besar bahasa yang digunakan adalah sama. Bahasa Melayu sangat mudah dipahami, apalagi bagi orang yang mendengar orang Betawi berbicara, karena kurang lebih bahasa Betawi dan Melayu sama, misalnya: Seseorang berbicara, "Kamu mau ke mana?", jika dalam bahasa melayu "Kau nak ke mane", (penyebutan "e" dalam bahasa melayu, sedangkan bahasa suku Sambas membunyikan "e" seperti bunyi pada kata "lele". Keunikan lain dari bahasa Melayu Sambas adalah pengucapan huruf ganda seperti dalam Bahasa [Melayu] Berau di Kalimantan Timur, seperti pada kata 'bassar' (artinya besar dalam bahasa indonesia).


Rabu, 04 Desember 2013

Panorama Gua Alam Santok

Panorama Gua Alam Santok
Terletak kurang lebih dari Kab. Sambas di Kecamatan Sajingan Besar. Terdapat Patung Bunda Maria yang dulunya digunakan untuk tempat meditasi dan sembahyang. Tempat tersebut masih dianggap tempat yang sacral (suci) oleh masyarakat local di samping pemandangannya indah da menarik.
Wisata ini Terletak ± 85 Km dari pusat Kota Sambas, goa alam Santok berada di Kecamatan Sajingan Besar. Untuk sampai ke tempat tujuan kita menempuh waktu perjalanan lamanya sekitar 3 jam,. Di dalam waktu perjalanan kita bisa menikmati pemandangan yang indah, dan melihat kehidupan sehari-hari masyarakat Sajingan Besar. Di dalam goa alam santok ini terdapat Patung Bunda Maria yang dulunya digunakan untuk tempat meditasi dan sembahyang masih dianggap tempat yang sacral (suci) oleh masyarakat local disamping pemandangannya indah dan menarik goa alam santok ini memilik beberapa keindahan lainnya bisa di rasakan oleh pengunjung sendiri.

Pantai Tanjung Kemuning

Pantai Tanjung Kemuning
Pantai Tanjung Kemuning merupakan objek wisata yang terletak di kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Pantai ini berhadapan dengan Laut Natuna. Panjang pantai ini lebih kurang 18 kilometer.Yang menarik dari keadaan di pantai ini adalah masyarakat desa bahu-membahu menangkar penyu.
Setiap malam penyu kepantai untuk bertelur, di saat itulah masyarakat mengambil telur untuk dimasukkan ke penangkaran. Hal ini dilakukan agar penyu-penyu tidak musnah akibat para pemburu telur penyu.

Pantai Tanah Hitam

Pantai Tanah Hitam
Tanah Hitam merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Ia merupakan desa yang tidak jauh dari pesisir pantai. Kecamatan Paloh ini merupakan kecamatan pantai yang berada di Kabupaten Sambas dan terletak di wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia Timur (Serawak) dengan luas wilayah ± 1.697,30 H.

Untuk desa Tanah Hitam ini bisa di capai menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor maupun mobil. Akses jalan beraspal juga sudah tersedia untuk menjangkau desa ini. Jika perjalanan dari Pasar Sekura menuju Desa Tanah Hitam ini sekitar satu jam. Desa Tanah Hitam yang terletak dekat pesisir pantai ini ketika berada di jalan akan terdengar suara deburan ombak yang menyatu mesra dengan rintihan dedunan kelapa yang berbaris rapi menghias di sepanjang jalan. Untuk di desa Tanah Hitam ini mayoritas di huni oleh kaum tionghoa dimana terdapat juga Pasar Tanah Hitam yang menjadi tempat perekonomian masyarakat sana. Selain itu padi dan kelapa yang merupakan komoditi masyarakat sana, kacang kedelai juga menjadi komoditi handalan, kacang kedelai ini biasanya di tanam setelah musim panen padi selesai.
Selain sebagai penghasil komoditi kelapa serta kacang kedelai, desa Tanah Hitam ini menyajikan pemandangan pantai nya yang juga tidak kalah menarik. Sebut saja pantai Lestari dan Pantai Tanjung Harapan. Kedua pantai ini berada di satu lokasi namun di bedakan oleh arah nya saja, sebagai contoh untuk pantai Lestari ini arah nya ke arah Paloh sementara pantai Tanjung Harapan ini arah nya ke arah Simpang atau berlawanan arah dengan pantai Lestari. Dan untuk memasuki pantai Lestari ini terdapat gerbang dan pasirnya menuju pantai Lestari ini bewarna putih dan sepanjang jalan ini di hiasi oleh pohon cemara. Sementara untuk menuju pantai Tanjung Harapan ini di sepanjang jalan nya melewati pepohonan kelapa yang menjulang tinggi dan melewati beberapa pohon dengan ukuran nya yang besar.
Pada hari raya idul fitri maupun idul adha yaitu pada hari kedua atau ketiga biasanya banyak yang mengunjungi pantai Tanah Hitam, karena saat itu di adakan musik untuk menghibur rakyat, biasanya musik yang disuguhkan adalah musik dangdut dengan menghadirkan penyanyi - penyanyi dangdut asal kota Jakarta, sebut saja yang pernah hadir, Trio Macan, Nita Talia, artis KDI yang saya juga tidak tau siapa namanya, pokok nya banyak dah, kalo yang penikmat musik dangdut mungkin tau nama mereka, tapi saya kurang sreg aja dengan genre musik seperti itu (Selera Masing - Masing ).

Selain di datang kan nya artis - artis ibu kota Jakarta di setiap hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha ini, ada perayaan unik lain nya di desa Tanah Hitam ini, bukan di Desa Tanah Hitam saja sih sebenarnya, melainkan di desa Arung Parak juga perayaan ini juga ada. Perayaan itu adalah " Antar Ajong ". Antar Ajong ini adalah suatu adat istiadat masyarakat sana yaitu upacara ritual adat untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat setempat mempercayai, aktivitas tersebut dapat membuat tanaman padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat sekampung. Sementara waktu pelaksanaan Antar Ajong ini biasanya setiap pertenggahan tahun, sekitar Juni atau Juli.
Biasanya sebelum di adakan ritual Antar Ajong ini, malam nya sebelum hari H, di adakan juga ritual - ritual lain nya yang entah apa namanya, biasanya pembacaan doa - doa dan persiapan untuk besok nya. Untuk ukuran badan perahu biasanya bervariasi dengan lebar 20 cm - 40 cm dan panjang 1,5 m - 4 m. Kain yang dibuat sebagai layarnya sering tampil dalam berbagai warna tapi lebih didominasi oleh warna putih dan kuning. Badan perahu diberi warna cat bebas dengan variasi gambar ukiran khas sambas.
Nah pada saat acara pelepasan, beberapa orang yang di tunjuk memegang perahu tersebut dan membawanya ke laut dan menghanyutkan nya. Ritual adat ini berlansung setiap satu tahun sekali. Biasanya ritual adat ini banyak menarik pengunjung dari berbagai tempat dan Antar Ajong ini merupakan ajang menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke kabupaten Sambas.
Mungkin ada yang tertarik untuk menyaksikan ritual adat ini bisa datang ke Sambas, kecamatan paloh pada khususnya. Dan hanya bisa melalui kendaraan darat bukan udara.